Minggu, 01 September 2019

Dimana Kamu Mas...



” Sepertinya akan ada pengiriman pasukan untuk operasi militer ke Aceh ''
Aku shock mendengarnya. Tetap berusaha tenang di depannya. Tarik nafas panjang. Seteguk air putih membahasi tenggorokanku yang tiba-tiba kering.
'' Siapa saja yang mungkin diberangkatkan mas? ''
'' Sekarang tahunnya mas "
Uhug! Kesedak...
'' Maksudnya... ? ''
'' Maksudnya jatahnya mas yang harus berangkat. Tidak pasti juga, karena komandan mengambil keputusan juga sesuai situasi dan kondisi. Yang jelas Pama nya ya mas, bang Salman, bang Reno. Abang-abang yang lain ada yang sekolah dll. "
'' Oooh... '' lemes.
'' Terus kapan itu mas ? ''
'' Belum tahu. ''
Hening. Tangannya merangkul pundak ku. Berusaha memahami kegundahan hatiku.
*
'' Saya terima nikah dan kawinnya Asma Kirana binti Muhammad Sumarno dengan maskawin tersebut tunai. ''
'' Sah? ''
'' Sah! '' serentak saksi dan hadirin menjawab.
” Alhamdulillah " Tangis bahagia kami pecah. Terutama aku dan kakak ku. Mas Haikal yang menjadi wali nikah untukku. Dia lah pengganti ayah. Dialah orang pertama yang selalu mengambil alih tanggung jawab ayah. Orang yang paling tulus, paling ikhlas yang pernah aku kenal.
'' Bismillahirrohmabirrohim.. Segala puji hanyalah milik Allah. Shalawat dan salam untuk Rasulullah, istri-istri dan keluarganya, para sahabatnya dan untuk seluruh umatnya yang setia kepada Islam dan sunnahnya sampai akhir zaman. ''
Mempelai laki-laki pun berikrar. Lalu berdoa...
'' Ya Allah sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya''.

'' Mas Diaz sudah punya istri apa belum ? ''. Tanya pak penghulu.
'' Sudah pak ''. Jawab mas Diaz tegas.
Alhamdulillah... saut hadirin sambil tertawa.
'' Alhamdulillah. Harus selalu ingat mas Diaz sudah menikah. Kemana pun dimanapun ingat selalu sama istri. Sering-seringlah memberi hadiah untuk istri, buat lah hatinya senang. Karena disitu ada sakinah, mawadah, dan rohmah. Jangan berkata kasar, jangan buat hatinya sedih. Bila istri dibuat sedih oleh suaminya maka seisi rumah akan sedih. Anak-anak tidak bahagia.
Pastikan kebutuhannya dan anak-anak tercukupi. Batinnya tercukupi. Mas Diaz adalah nahkoda dalam biduk rumah tangga. Baik tidaknya rumah tangga tergantung pemimpinnya. Rumah tangga yang karam itu salah nahkodanya. Salah suaminya.
Jangan pernah bermain kata talak, pisah, cerai, pulang saja kamu ke orang tuamu. Itu setan mas. Jangan diikuti. Karena ada setan yang tugasnya khusus. Khusus membuat suami istri tercerai berai. Bobotnya paling besar ini.
Tetaplah bersama untuk mencari ridho Allah. Tujuan hidup itu akhirat. Samakan visi misi. Untuk apa hidup berumah tangga? Menggapai ridho Allah, menggapai Jannah. Surga-Nya. Bagaimana caranya? Sholah 5 waktu tidak boleh ditinggal. Berjamaah. Bimbing istri. Yang paling penting adalah jalani sesuai tuntunan Alqur'an dan hadist. Semua permasalahan hidup bawalah kembali ke hukum Al-Qur'an dan hadist. Disitu ada semua jawabannya. Cari pasti dapat. Jika tidak tahu bertanyalah pada ahlinya. Kyai dan alim ulama. Insyaallah selamat hidup kalian.
Barokallah...
Kami bahagia. Plong. Lega. Tuntas. Bismillah dalam menjalani kehidupan kami selalu berdua. Teman dalam segala hal. Berdua mencari kebenaran. Menjalani hidup berpegang teguh pada ajaran nabi.

Pagi itu adalah hari yang begitu menegangkan. Semalaman tidak bisa tidur. Besok harus bagaimana, jangan sampai salah ya Allah. Semoga lancar semua.
'' Acara selanjutnya perkenalan anggota baru ''. Suara MC membuat jantungku berdetak lebih kencang.
'' Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh. Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua.
Mohon ijin. Yang terhormat ibu ketua Persit Kartika Chandra Kirana ranting XI PG Mabesad, yang kami hormati wakil ketua Persit...
Ijin memperkenalkan diri. Nama kami Asma Kirana istri dari letda Diaz Hadi Utomo dantoncar kikomlap. Kami tinggal di jalan Anggur no.200A ''.
'' Hobby....! '' saut salah satu senior kami yang duduk dekat ibu ketua.
'' Ijin mba hobby kami jogging ''.
'' Volly, tennis...? '' sepertinya mba senior yang adalah kowad ini berharap aku jago main Volly atau tennis. Aduuh....Gimana ini.
'' Mohon ijin mba tidak bisa... ". Jawabku makin deg degan. Ruangan ber-AC tak mampu mengontrol keringatku yang merembes ke dalam serat kain baju seragam. Senior menganggukkan kepala tanda mengerti.
Alhamdulillah perkenalan sudah selesai. Lega rasanya.

'' Mas, tadi aku perkenalannya ya Allah deg-degan. Takut salah ''.
'' Gimana sayang lancar kan? '' sautnya.
'' Lancar dong... ''' lagakku, sambil memeluk pinggang mas Diaz yang masih ramping. Diapun membalas pelukan dan memberi kecupan dikeningku.
'' Seep... Mbak bro... ''. Sambil kalungan handuk menuju kamar mandi.
'' Assalamu'alaikum.... '' terdengar suara ibu-ibu dari pintu.
'' Mas...mas itu siapa kok banyak ibu-ibu yang kesini? Coba lihat dulu deh ''. Aku memaksa mas Diaz cari tahu siapa yang datang.
'' Ooh...itu ibu-ibu anggota peleton. Anggota Adek berarti ''.
'' Hah....mau ngapain kesini rame-rame?''.
'' Mau kenalan....'' jawab mas Diaz sekenanya lalu balik kearahku. '' temuin dulu... Mas mau mandi. Selama mas mandi ' Jangan rindu yaa...berat! '' sambil mencuri kecup pipiku lalu kabur ke belakang Hehe mas...mas...ngangenin banget sih gayamu.
Aku senyum-senyum dibuatnya. Aku tidak mau diam saja. Aku balas ngelitikin perutnya yang sixpack. Dia pun ga mau diam. Menyanderaku dalam pelukannya yang kuat.
'' Assalamu'alaikum... ''. Suara dari luar kembali memberi salam.
'' Wa'alaikum salam'' jawab kami kompak dan melupakan balas membalas keisengan yang penuh rasa sayang diantara kami.
Aku membukakan pintu. Ada 7 orang, yang 4 sudah berumur setengah baya, yang 2 lebih muda, yang satu masih seperti abege.
Kami mengobrol penuh keakraban. Sambil mencari informasi lebih banyak tentang kegiatan ibu-ibu disini. Mereka sangat antusias dan menyenangkan. Aku merasa tersanjung punya keluarga baru disini. Sangat hormat, ber-etika dan sangat kekeluargaan. Alhamdulillah aku senang sekali, inilah keluargaku di sini. Semoga langgeng, kompak terus, menjalin tali silaturahmi sampai kapanpun. Jangan pernah putus, meski suatu saat nanti kita terpisah karena tugas.

Senja yang dingin.
'' Assalamu'alaikum... ''
'' Wa'alaikum salam. Oh ibu. Ayo silahkan masuk ''. Aku lihat ibu anggota yang kemarin ikut datang ke rumah. Wajahnya terlihat sedih, matanya sembab seperti habis menangis.
'' Silahkan duduk, saya ambilkan minum...''.
'' Ijin tidak usah repot-repot Bu. Kedatangan saya ke sini mau curhat saya bu. Suami saya sudah 2 Minggu tidak pulang. Saya bingung Bu...''
'' Suami ibu kemana?'' tanyaku penasaran.
'' Ke rumah perempuan lain Bu...'' kata ibu itu lirih sambil mengelap matanya.
'' Astaghfirullah...'' ampuni kami ya Allah. Aduh... aku bingung harus ngomong apa. Mana tahu aku masalah seperti ini. Kami baru beberapa minggu menikah dan masih belum paham segala bentuk lika-liku hidup berumah tangga. Hufff... Yang pasti aku harus merendahkan nada suaraku dan berbicara dari hati agar nyampai pesannya. Rasa ibaku muncul melihat ibu anggota yang sudah paruh baya membesarkan anak-anak, semua pekerjaan rumah dia kerjakan sendiri, masih cari uang untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang tidak tercover oleh gaji suami. Sabar diperlakukan kasar oleh suaminya. Kata-kata kotor bahkan binatang sering diucapkan dalam makiannya kepada Bu Sum ini. Bu Sum merasa dadanya hampir jebol kalau mendengar caci maki sumpah serapah dan binatang keluar dari mulut suaminya. Seolah tidak sedikitpun tersisa rasa belas kasih, yang tersisa hanya kebencian.
Bu Sum berusaha meluruskan tiap  masalah tapi tetap salah semua dimata suaminya, lalu beliau diam membiarkan semua terjadi. Apapun perlakuan suaminya, Beliau hanya membiarkan...

MasyaAllah. Mulia sekali ibu ini. Berjuang demi masa depan anak-anak yang lebih baik.
'' Ibu...apa yang sekarang ibu inginkan. Mungkin kami bisa bantu ''.
'' Saya ingin cerai Bu. Saya ingin suami saya di proses dan dikeluarkan dari TNI. Saya sudah tidak tahan lagi kelakuannya...'''. Tangis ibu itu pecah. Aku mendekat, merangkul nya berusaha memberi dukungan agar ibu Sum punya kekuatan untuk menghadapi kenyataan yang begitu pahit.
'' Ibu, masalah cerai itu kita pikirkan nanti... Tolong ibu tenangkan diri, hati dan pikiran dulu. Lebih banyak istighfar minta ampunan Allah, pasti masalah ibu akan segera mendapat jalan keluar. Itu janji Allah bu. Sholat malam dihidupkan, dzikir waktu sahur. Dan berdoa, mintalah apa yang ibu harapkan. Insyaallah cepat selesai masalah ini. Sementara ini ibu fokus urus anak-anak dulu saja. Terus berdoa, doakan suami agar kembali ke jalan yang benar, kembali kepada keluarga. Dan diampuni dosa-doanya''.
'' Baik Bu. Tapi mohon maaf Bu saya tidak bisa mendoakan suami saya. Saya sudah terlalu sakit hati Bu. Kelakuannya sudah keterlaluan ''.
'' Ibu... Suami ibu sedang tersesat, beliau butuh didoakan oleh istrinya. Doa seorang istri insyaallah bisa mengembalikan suami yang sedang salah arah. Saya minta ibu jangan tinggalkan suami dalam do'a. Teruslah menyebut namanya agar Allah menunjukkan jalan yang lurus... ditunjukin jalan yang benar. Sehingga suami ibu kembali ke tempat semestianya. Sementara begitu dulu, nanti saya sampaikan kepada suami saya tentang masalah ini ya Bu...''
Beliau mengangguk tanda setuju saran ku.
'' Oh iya tolong ibu tulis disini nama suami lengkap. Nanti kalau bapak sudah pulang saya sampaikan ke bapak biar diselesaikan di kantor ''
'' Baik Bu... ''
'' Sementara itu dulu ya Bu.... Ikhlas kan hati untuk terus menjalani hidup. Ibu sedang diuji. Setelah ibu lulus ujian dalam kesabaran dan ibu tetap berada dalam kebaikan. Ibu akan mendapat reward yaitu pahala yang besar dan naik derajadnya. Itu janji Allah.
Ibu percaya? ''
'' Iya Bu... Insyaallah selalu berusaha sabar dan ikhlas '' jawabnya lebih tenang.
'' Siip.... Bismillah pasti bisa ya Bu... ''
'' Siap Bu... insyaallah, modon doanya. Saya pamit. Mohon maaf mengganggu waktu istirahatnya. Assalamu'alaikum...''
'' Wa'alaikumsalam wr wb ''
Huft....ku tutup pintu rumah, lalu duduk kembali di depan tivi sambil pegang remot. Aku pencat- pencet tombol channel. Dalam hati aku bergumam. Sudah benarkah semua yang aku katakan pada Bu sum. Entahlah... Semoga bisa membuat Bu Sam lebih kuat.

'' Sayang, tadi ada ibu anggota ke sini. Cerita suaminya yang gak pulang 2 Minggu. Beliau sering diperlakukan kasar, kata-kata kotor dan sumpah serapah. Beliau mau minta cerai...''. Aku ceritakan kepada mas Diaz.
'' Iyaa...'' jawab mas Diaz tak acuh sambil membenarkan posisi bantalnya di sofa untuk rebahan. ''...sudah mas panggil. Besok diproses '' lanjutnya.
'' Oh...syukurlah. Semoga cepat selesai masalahnya ''

Aku bingung dengan suaminya yang sudah berumur hampir pensiun, anak masih butuh biaya pendidikan. Ekonomi pas-pasan. Punya istri yang mau berjualan untuk membantu keuangan keluarga membiayai pendidikan anak-anak.  Yang sangat perhatian dengan pendidikan anaknya. Mau cari apa lagi? Kebahagiaan seperti apa yang dia cari sampai tega mengabaikan istri dan anak-anaknya.
Aku jadi teringat wejangan pak penghulu di sebuah nikahan saudara. Kalau kita ingin hidup bahagia, selalu bersyukur atas apa yang kita miliki dan selalu merasa cukup. Cukuplah punya pasangan yang seperti ini, Alhamdulillah. Cukuplah punya anak-anak yang Sholeh dan baik, Alhamdulillah. Hati akan tentram. Ciptakan rumah tangga yang Sakinah. Mawadah, warahmah. Damai,  tenang dan tentram dalam rajutan cinta dan kasih sayang nan sejuk dan  abadi.

'' Ngelamun  neng...''
'' hehe...enggak sayang ''
Mas Diaz mengalungkan tangannya ke leherku. Aku sambut dengan belaian kecil. Kami diam tak bicara. Menikmati kebersamaan yang masih tersisa. Rasanya waktu begitu berharga. Kami ingin terus bersama selama-lamanya. Menikmati hati yang damai ini berdua. Sangat damai dan tentram hati ini bersamamu mas. Ahh...begitu cepat waktu berjalan. Sebentar lagi pengiriman pasukan operasi militer ke Aceh. Sedih... Campur aduk perasaan ini.
Kami tidak bisa berkata-kata lebih banyak lagi. Mata dan hati kami yang saling bicara, menikmati indahnya kedamaian saat-saat hening berdua. Terasa tentram hati kami. Kegalauan menyelinap diantara dua hati yang bertaut.

'' Pengumuman. Besok diharapkan seluruh ibu-ibu berpakaian PSK lengkap dan berkumpul jam setengah enam pagi. Kita menuju Kolinlamil jam 06.00 untuk mengantarkan pengiriman pasukan. Demikian terima kasih ''

Rasa hati ini tersayat. Pilu... Air mata tak henti mengalir. Aku  tarik nafas panjang...lalu ku hembuskan pelan-pelan mengatur emosi... Astaghfirullah....kuatkan hamba... Wahai air mata jangan keluar saat suamiku ada di depanku. Kuat dan tahan semua yaa. Oke...semua siap?
Aku membuka pintu.

'' Assalamu'alaikum sayang'' sambutku sambil mencium tangannya.
'' Wa'alaikumsalam...'' dia memelukku dan mencium sebanyak dia suka. Kami berpelukan lama. Seolah tidak ada yang mau melepaskan.
Malam tiba. Kami lebih sering diam tidak banyak bicara. Setiap berpapasan di setiap ruangan di rumah kami sempatkan berpelukan. Sepuluh kali berpapasan sepuluh kali kami berpelukan, lima belas kali berpapasan ya lima belas kali pula kami berpelukan. Malam itu terasa cepat waktu berlalu.
Kami tidak bisa tidur. Semua pesan-pesan sudah mas Diaz sampaikan. Pelukan kami tak pernah lepas malam itu.

Kolinlamil. Jakarta Utara. Nomor kapal 503. Mas Diaz, bang Salam sudah berada di atas kapal. Aku melihatnya dari bawah. Tiba-tiba dia lari keluar kapal dan mengajakku merapat ke kapal.
'' Jangan lupa nanti sampai rumah diperiksakan ya sayang '' kata mas Diaz sambil merangkul pundak ku dan mengelus perutku yang masih rata.
'' Iya...''
'' Ijin bang istri saya kayaknya hamil bang, sudah telat 2 Minggu '' mas Diaz mencairkan suasana.
'' Selamat ya adik asuh '' jawab bang Salman memberi selamat kepada kami.
'' ijin bang belum kami periksa, belum tahu pastinya '' balasku.
'' Cepat-cepat diperiksa biar dikasih vitamin ''
'' Siap bang...''
Kapal mulai bergerak menjauhi pantai. Menuju laut lepas. Kami masih terus melambaikan tangan. Makin sesak dada ini. Air mata tak bisa dihentikan lagi. Sambil terus berdoa semoga selamat dalam bertugas. Cepatlah kembali. Kami menunggumu mas... Aku dan calon anak kita menanti disini dalam doa.

Telfon berbunyi. Mas Diaz.
'' Sudah diperiksa belum sayang?''
'' Iya ini lagi ngantri... Sabar ya...''
'' Oke mba bro...'' sautnya
Setelah selesai pemeriksaan. Aku segera SMS.
'' Positif hamil ''
HP ku langsung berbunyi. Ada panggilan masuk. Mas Diaz.
'' Hamil sayang?''
'' Iya...mas ''
'' Bang....bang...istri saya hamil...! Istri saya hamil '' teriakan mas Diaz membuat aku tertawa melupakan kesedihan kami.
'' ha ha ha... Sayang jangan teriak-teriak... Malulah dipikir orang kenapa nanti...'' pintaku.
'' Aku akan menjadi seorang ayah '' bahagia terlihat dari suara mas Diaz diujung telfon. '' jangan lupa rutin diperiksakan. Vitaminnya diminum dan jangan malas minum susu demi Adek bayi ya sayang '' pintanya.
'' Siap tuan besar... '' jawabku.

Selama menunggu mas Diaz dalam penugasan. Aku tinggal dengan orang tuaku. Atas ijin ibu ketua aku pulang ke Jawa. Setiap awal bulan aku belanja kebutuhan ku seperti susu ibu hamil, vitamin, periksa kehamilan dan satu lagi...mengirim uang untuk ibu mertuaku. Biarlah gaji ini bisa dirasakan oleh ibunya  mas Diaz. Mumpung kami belum punya anak/. Nanti kalau sudah punya anak aku takut tidak bisa memberi untuk orang tua suamiku. Rutin setiap bulan pasti aku kirim. Kapan lagi aku memberi kesempatan untuk suamiku berbakti kalau tidak sekarang. Begitu pikirku.
Satu hal yang aku takutkan adalah kami tidak punya kesempatan membalas budi kepada orang tua suamiku.

Empat bulan telah berlalu.
26 Desember 2014.
Pagi-pagi saatnya aku belanja susu ibu hamil, vitamin, dan transfer ibu mertua. Sepanjang jalan aku SMS-an  dengan mas Diaz. Bercanda dan berkirim kabar. Saling ledek dan tertawa.
'' Ada gempa. Terasa banget. Kenceng gempanya'''
'' Gempa??? Berlindung mas... Cari tempat yang aman ''
'' iya sayang... Ya udah mas mandi dulu ya sayang  hehe tadi belum mandi '' kata mas Diaz.
'' ya ampun bau nya sampe sini. Ya udah mandi dulu sayang...'' balasku
Ga balas lagi. Hmm... Kok tumben belum pamit dan pesan-pesan udah ga dibalas lagi.
Aku coba telfon. Ga aktif.  Mungkin baterainya habis.

Sampai di rumah.
Istirahat di depan tivi nonton news di  SCTV Liputan 6 Siang.
Telah terjadi gempa dan tsunami di Aceh.
Buuugggg!!!! Rasa dadaku dipukul pakai pentungan raksasa. Sesak. Susah bernafas. Astaghfirullah. Mataku melotot melihat air laut naik sampai atas pohon kelapa dan menyapu semua yang di darat.
Suamiku dimana ya Allah....mas Diaz kamu dimana mas. Angkat telfon nyaaaaa!!!!! Angkat telfon ya mas...please mas...ayo angkat....
Ya Allah ijin kan suami hamba angkat telfon.
Tidak ada nada sambung.
'' Ibu...ada gempa di Aceh, mas Diaz tidak bisa dihubungi Bu....'' teriakku
Ibu tergopoh-gopoh menuju ruang tivi.
'' Astaghfirullah Al adzim'' teriak ibu.
Aku berusaha terus menghubungi mas Diaz. Ayo mas angkat telfon nya. Mas... Angkat telfon ya mas. Ya Allah selamatkan suami hamba ya Allah... Air mata ini tak bisa dibendung lagi. Ngucuur deras. Astaghfirullah. Ampuni kami ya Allah. Hubungkan saya dengan mas Diaz ya Allah. Mas Diaz anakmu baru 4 bulan dalam kandungan mas... Angkat telfon ya. Anak kita mau bicara sama max, dia ingin tahu kabar ayahnya.
Tut...Tut...Tut...Tut... tut
Tamat.

Asmi