Kamis, 24 Februari 2011

Penyakit Kesurupan

oleh Uchi Rizi Setiyowati pada 15 Februari 2011 jam 10:02

Mpok Minah pembantu rumah tangga part time ( kenapa part time ? Karena selesai mengerjakan tugas pokok yaitu nyuci, nyapu, ngepel, nyetrika langsung pulang ) melamar pekerjaan pada bu Mul, yang memang kerepotan mengurus rumahnya. Singkat cerita mpok Minah diterima dengan gaji pada umumnya pembantu rumah tangga part time, dengan perjanjian mpok Minah satu bulan sekali pulang sore untuk menjaga anak bu Mul yang masih bayi. Hanya sebulan sekali.
Pada kenyataannya mpok Minah tidak pernah menepati perjanjian itu, padahal bu Mul sudah berencana memberi uang tambahan kalau mpok Minah pulang sore.

Kerja mpok Minah lumayanlah untuk ukuran bu Mul, pertama kali datang semua perabotan dibereskan, menyapu dan ngepel lantai juga bersih dan memuaskan hingga kinclong.
Lambat laun mulai ada permintaan dari mbok Minah untuk pulang lebih pagi lagi. Padahal selama ini juga tidak pernah pulang siang. Mentok-mentok jam 10.30 sudah pulang, kecuali bu Mul minta tolong untuk menjaga bayinya untuk belanja bulanan di minimarket terdekat. Itu pun tidak lupa bu Mul membelikan beras beberapa liter untuk mbok Minah.

Pagi itu mbok Minah sedang nyetrika baju ditemani bu Mul yang sedang nyuapi bayinya. Mereka asik ngobrol berdua. Kadang tertawa bareng. Kadang bicara pelan terdengar bu Mul menasehati mpok Minah yang sedang dimusuhi mertua dan saudara iparnya. Malah tetangga juga ada yang tidak suka pada mbok Minah hanya karena mbok Minah kerja apa saja ''diembat''. Satu lagi tetangga tempat dia pinjam uang sekarang jadi lain agak 'gimana' sama mbok Minah.
'' Yach... Sabar mbok, semua orang kan pasti ada ujiannya masing-masing, sabar...sabar...sabar... Itu kuncinya. Jangan pernah putus dari keteguhan hati bergantung pada Allah, Mbok...
Sabar itu buka diam saja menunggu keajaiban datang, tapi melakukan banyak hal ( bu Mul mencoba meringankan beban mpok Minah dengan mengutip kalimat bapak Mario Teguh dalam acara sebuah stasiun TV ). Kerjakan apa saja mpok, asal mpok kuat jangan memaksakan diri. Yang penting halal... '' Papar bu Mul makin iba melihat kondisi mpok Minah. Anaknya empat, yang pertama kelas 2 SMK, nomor dua duduk di bangku SMP, yang nomor tiga masih SD kelas 2, dan yang bontot masih TK. Sementara suaminya pengacara alias pengangguran banyak acara. Kalau mpok Minah mengeluh pada suaminya banyak kebutuhan yang belum tertenuhi seperti SPP anaknya, iuran, ongkos sekolah, uang belanja, bahkan beras untuk makan pun mpok Minah beli pada saat mau masak. Artinya dapat uang hari ini untuk beli beras hari ini dan dimasak hari ini. Terkadang sekalian beli untuk satu minggu, karena mpok Minah di sela waktunya ikut kerja 'bungkus kripik singkong' di rumah tetangganya. Seminggu penghasilannya Rp 50.000. Itu yang digunakan untuk membeli beras. Lauknya kadang dapat membeli lauk kadang tidak. Yang penting ada kecap.

Satu saat mpok Minah benar-benar tertekan karena himpitan ekonomi. Semua harga barang naik. Biasanya membeli cabe seribu, sekarang harus tiga ribu. Huhf! Makin sesak dada mpok Minah.
'' Pak, semua harga barang sudah pada naik, uang SPP Damar nunggak 3 bulan, ibu capek kerja sendiri pak. Bantu-bantulah pak, cari-cari kerja ''. Mpok Minah menyampaikan uneg-unegnya kepada suaminya, mang Pandi.
'' Kamu jangan asal ngomong ya. Memang selama ini kamu tinggal di rumah siapa ? Kalau tidak mau tinggal di sini ya udah pergi saja sana ! ''.
Hati mpok Minah remuk redam, hancur berkeping-keping mendengar hardikan mang Pandi.

Sedari kecil mpok Minah ditinggal ibunya, hanya ada bapak dan ibu tiri yang tak pernah memberi kasih sayang dan perhatian. Di umurnya yang masih remaja 12 tahun mpok Minah sudah harus kerja menjadi pembantu rumah tangga. Gajinya kecil. Lumayanlah buat mpok Minah kecil numpang makan dan tidur. Pikiran mpok Minah sering kosong, melamun memikirkan dirinya yang begitu menderita tanpa ada kasih sayang orang tua seperti anak-anak pada umumnya.

Setelah menikah dan punya anak rupanya penderitaan mpok Minah belum berakhir. Suaminya yang jarang dapat kerjaan, hanya menambah beban mpok Minah. Mertua dan ipar yang tinggal satu rumah--di rumah mertuanya-- malah memusuhinya, tidak mau menolong saat mpok Minah dalam kesusahan. Bahkan saat mpok Minah minta tolong iparnya untuk menjaga anak bungsunya, dengan lantang mpok Hindun menolak. '' aku hanya mau kalau dibayar ! ''.
Kesedihan Mpok Minah semakin lengkap.

Pikiran kebutuhan yang semakin menghimpit tak sanggup mpok Minah pikul sendiri. Wajahnya yang kuyu semakin layu. Badannya semakin lunglai tak ada semangat lagi. Semakin letih dia rasakan sendirian.

Hidup yang semakin sulit dirasakan banyak orang, terutama orang-orang seperti mpok Minah.
Di sinilah sebenarnya mpok Minah punya hak sebagian dari harta-harta orang yang diberi kelebihan dari Tuhan. Tapi selama ini mpok Minah tidak mendapatkan dari orang-orang kaya raya itu. Hanya dari bu Mul sesekali tiap bulannya.
Apakah orang kaya itu tidak melihat ya ?

Sore itu suami mpok Minah ke rumah bu Mul menyampaikan bahwa mpok Minah ingin berhenti bekerja. Bu Mul kaget. '' Kenapa ? ''.
Ternyata selama ini mpok Minah mengidap penyakit kesurupan. Baru saja dia kesurupan makhluk halus. Berjam-jam baru bisa pulih sadar kembali.
'' Untungnya kalau di sini tidak pernah kambuh, Bu. Kalau sampai kambuh gimana.
Sebenarnya penyakit bawaan dari kecil, Bu. Sejak kecil dia sudah ada yang ngikut ''. Ujar mang Pandi.
Bu Mul manggut-manggut mendengar keterangan mang Pandi.
'' Alhamdulillah Bu, saya sudah dapat kerjaan di penampungan barang bekas. Biar gantian yang kerja, selama ini istri saya terus yang kerja. Maaf ya Bu, kalau ada kekurangan istri saya ''.
'' Tidak apa-apa mang, yang penting mpok Minah sehat. Saya do'akan semoga nanti dapat kerjaan lagi yang lebih dekat dan lebih enak ya ''. '' Terima kasih Bu. Ibu sudah baik pada kami ''. Tiba-tiba air mata mang Pandi hampir menetes.

'' Sabar mang, semua ini ujian dari Allah. Semakin berat ujian kita, maka semakin tinggi tingkatan kita. Dan ajaklah mpok Minah agar lebih rajin mengaji, kumpul banyak orang, berteman, jangan sendiri sehingga sering melamun pikiran jadi kosong ''.
'' Istri saya itu dari kecil sih Bu, kesurupan terus. Mau saya ajak berobat tapi belum punya uang Bu . Oh,iya utang istri saya ke ibu belum bisa kasih sekarang, hari Minggu Bu, saya bisanya ''.
'' Tidak apa-apa Mang, semoga mpok Minah segera bisa disembuhkan ''.
'' Terima kasih, saya pamit Bu, assalamu'alaikum ''. Mang Pandi segera berlalu dari rumah bu Mul.
'' Wa'alaikumsalam warohmatullah ''.

*****
14 Februari 2010

Rabu, 16 Februari 2011

Bicara yang enak !

oleh Uchi Rizi Setiyowati pada 14 Februari 2011 jam 6:55
 
Semangat membersihkan rumah tiba-tiba bangkit dalam diri pak Mul. Biasanya hari libur hanya istirahat dan tidur bermalas-malasan di kamar sambil nonton tivi. Hari itu pak Mul tiba-tiba membersihkan gudang yang sudah lama tidak terjamah. Mengambil peralatan kebersihan lalu beraksi. Istrinya yang dari pagi mengurus 4 anak, satu masih bayi membuat kerepotan bu Mul sehingga tidak menghiraukan apa saja yang dilakukan suaminya dari pagi.

Dimulai dari kamar kosong belakang yang tidak berpenghuni, pak Mul membersihkan kolong tempat tidur dan barang-barang yang lama tidak mendapat sentuhan. Tak ketinggalan isi lemari pun dibongkar. Ada barang yang sudah rusak dikumpulkan di samping pintu kamar untuk dibuang.
Kemudian bergeser ke ruang belakang. Semua rak dan lemari diteliti ada satu per satu karena akhir-akhir ini ada tikus bisa masuk ke rumah lewat lubang kecil kabel antena. Ternyata benar kelakuan tikus di rumah pak Mul sudah sangat membuat geram saat pak Mul menemukan kertas-kertas yang hancur dimakan tikus.
Hmm... Minta diapakan tikus kurang ajar ini. Gumam pak Mul.
Benar saja, setelah semua di bereakan keluarlah si-tikus lari di balik pintu. '' di mana bu tadi larinya? '' tanya pak Mul pada istrinya.
'' Itu di balik pintu... ''
Lalu pak Mul bersiap-siap memukul tepat sasaran. Setelah beberapa kali pukulan meleset, akhirnya, dapat!. Tikus terkapar tak berdaya.
Luar biasa pertempuran antara pak Mul melawan Si-Tikus itu. Dan pemenangnya adalah pak Mul.

Bergeser ke Gudang yang posisinya berada paling belakang. '' Bu, bu... Ini cangkir ibu pecah nih. Naruk cangkir di sini sih. Di tendang kucing ya pecah semua...''
Bu Mul yang sedang menjaga bayinya bergegas mendekati pak Mul. '' ada apa pak? ''
'' Coba lihat bu, cangkir ibu pecah semua...''
Bu Mul kaget dan terlihat kecewa mendapati cangkir kesayangan simpanannya berubah bentuk menjadi beling dan berserakan di lantai gudang. Gudang itu di gunakan untuk menyimpan barang-barang yang masih bisa dipakai, juga perabot yang masih baru namun belum dipakai.
Wajahnya berubah mendung dan alisnya berkerut.
'' Naruhnya yang bener bu... Naruh di gudang? '' kata pak Mul yang biasa-biasa namun terdengar lain di telinga bu Mul yang sedang geram sama ulah kucing yang sering berkeliaran di sekitar rumahnya, sering mampir di gudangnya.
'' Lagian punya rumah kok kucing bisa masuk...? '' balas bu Mul agak sewot.
Energi tegang pun tertransfer ke pak Mul. '' ya ibu naruh cangkir di situ, sudah tau banyak kucing di sini ''
Bu mul merasa makin tidak nyaman dengar kata-kata suaminya. '' gudang bolong dibiari bolong jadi kucingnya masuk pak... ''
'' ga usah marah begitu bu.. ''.
Hmm... Siapa yang marah? Cuma sebel aja! Jawaban bu Mul mengakhiri percakapan mereka. Bu Mul segera balik arah akan meninggalkan tempat, tapi melihat lampu yang belum dimatikan. Lalu tak segan dia pun minta tolong pada suaminya. '' Pak, lampunya sekalian dimatiin, tuu... ''.
'' Apa bu ? '' pak Mul tak mendengar, jadi ia pun bersuara lantang. '' Tolong pak sekalian matiin lampunyaaa! '' bu Mul menambah volume suaranya. '' Jangan marah-marah napa bu ''
'' Siapa yang marah pak? Bukannya bapak tu yang bicaranya bentak-bentak dari tadi? ''
'' Ibu juga gitu! '' pak Mul tambah sewot.
'' Berarti sama-sama dong...? He he he... '' jawab bu Mul sambil meledek suaminya, lalu berlalu dari hadapan suaminya. Tapi sebelum berlalu bu Mul bener-bener berlalu tiba-tiba tangan pak Mul sudah menarik pinggang bu Mul dan memeluknya dan mendaratkan kecupan di pipi bu Mul, sambil berbisik... '' Udah sana urusin anaknya.... ''
Bu Mul pun tersenyum dan membalas kecupan suaminya. '' Selamat korve sayang... Emuach! ''

*****

14 Februari 2010

Diary, anakku demam lagi

oleh Uchi Rizi Setiyowati pada 13 Februari 2011 jam 4:25
 
Saat ini si kecilku yang baru berumur 9 bulan tengah demam, padahal baru beberapa hari sembuh dari demam juga. Beberapa hari setelah sembuh dari demam pertama tiba-tiba pilek hebat menyerang, diiringi batuk berdahak yang membuat kepalanya pening dan susah bernafas longgar.
Beginilah aku ketika buah hati sedang sakit. Begadang menemani setiap gerakannya dalam tidur yang tidak nyenyak. Kalaupun aku tidur, salah satu tanganku pasti aku tempelkan pada salah satu bagian tubuhnya agar aku tahu setiap gerakannya, kegelisahannya, ketidaknyamanannya dalam tidur, kondisi suhu badannya, dan apapun yang kira-kira dia rasakan akulah orang pertama yang ikut merasakannya.

Walau kantuk menggantung di mataku, pusing menyerang kepalaku tapi aku tak bisa pejamkan mata, sampai pagi menjalang. Sebentar lagi azan subuh, kantukku baru rerasabenar-benar berat. Si-kecil mulai bisa agak tenang tidurnya, meskipun badannya masih panas dan flunya masih mengganggu.

Untungnya punya ayah yang perhatian. Saat anaknya panas tak segan-segan dia turut menggendong atau menyiapkan air kompres. Walau kadang anak merasa kurang nyaman saat dia ngantuk malah digendong tidak direbahkan badannya, jadi bayinya makin nangis. Bisa sih tidur pulas saat anaknya panas. Aku bangunkan dia saat benar-benar butuh bantuan saja. Toh kalaupun ikut begadang juga tidak merubah keadaan. Biar aku saja yang menjaga si-kecil, siapa tahu nanti siang atau sore aku kecapekan jadi ada yang gantiin.

Semakin ngantuk...
Nah, itu terdengar suara azan.

Anakku sayang semoga cepat sembuh ya nak, tawamu adalah surga untukku.

13Feb2011
04.35 wib/depok

Setelah subuhan kantuknya hilang, malah sebalikny jadi seger. (05.00)

Si-Pungguk Sedang Pilu

oleh Uchi Rizi Setiyowati pada 29 November 2010 jam 0:50
 
Akulah si Pungguk
Volume suaraku memang tinggi. Nadanya juga keras. Tutur kataku banyak yang salah. Ucapanku banyak yang tak berarti. Diamku sering dimaknai orang bahwa aku sedang marah, walau sebenarnya aku diam karena memang aku tidak ingin bicara. Aku terlahir diantara terik Matahari, gelap malam yang pekat, guyuran hujan dipenuhi halilintar dan badai. Bajuku yang lusuh membuat orang enggan untuk memalingkan muka ke arahku. Semenjak lahir pun aku sudah dalam keprihatinan... hingga tua sekarang tetap jadi orang susah.
Ku rasa pedih ini sendiri dalam pekat malam.

Kalimatmu terhujam dalam. Sungguh sangat dalam...
Sebenarnya aku ingin bertanya saat itu juga, kenapa terucap darimu Rembulan cantik yang berhati lembut? Sebesar apakah kesalahanku padamu Rembulan? Andai aku menuruti egoku...
Akan aku tanyakan " aturan mana? " ... " dan... dan... dan... dan.... " ( aku pikir lagi, diam sepertinya lbh baik, dan tidak ada gunanya menuruti hati yang tak terkendali )
Maka disini aku sedang belajar mengelola pilu menjadi susunan kata agar terasa lebih ringan.
Rembulan...
...aku tak pernah mengharap kesusahan bagi orang lain, sedikitpun tak pernah terlintas olehku. Ucapanku hanya kata yang tak berarti, sekedar bualan dan guyonan si bodoh ini.
Rembulan... mengertilah bahwa aku tak bisa sempurna sepertimu. Aku tak bisa setinggimu. Aku tak sepertimu yang bisa memberi cahaya bagi gelapnya malam.
Mengertilah, bahwa aku adalah si Pungguk yang menginginkan seperti Rembulan... Ketika ingin ku raih tak sampai tangan ini... Aku baru bisa mimpi menjadi sepertimu...

Intinya,
Meskipun Pungguk tapi aku bukan orang jahat.
Segala kesalahan adalah dari ucapanku sendiri... Aku minta maaf jika canda melukai Rembulan yang lembut penuh cahaya... Sekali lagi aku minta maaf jika kau terluka.

( 112526 untuk ku yg sedang Pilu...